Pengikut

Minggu, 03 September 2023

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (Filosofis Ki Hajar Dewantara)

 Oleh Purwanti Wahyuningsih, S.Pd., M.Pd.

Pada artikel ini, saya sebagai calon guru penggerak Angkatan 9, akan Membahas mengenai kesimpulan dan refleksi pada modul 1.1, Filosofi Pendidikan menurut Ki hajar dewantara. Menurut Ki hadjar dewantara, pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Ada beberapa Ide / gagasan yang pernah saya sampaikan sebelumnya dalam demonstrasi kontekstual 1.1.a.6 diantaranya adalah :

1. Mendidik yang bersumber pada Trilogi Pendidikan.

2. Pendidikan yang berasaskan Tri-Kon

3. Tripusat pendidikan sebagai sumber belajar

4. Pendidikan yang menuntun anak pada kodratnya

5. Pendidikan berpusat pada murid

6. Pendidikan budi pekerti

7. Mendidik diibaratkan seperti menanam padi

8. Belajar sambil bermain

Disini yang menarik perhatian saya adalah ide no 4 dan no 8. Ide nomor 4 yaitu Pendidikan yang menuntun anak pada kodratnya. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing. Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai pendidik harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran pendidik harus membekali siswa dengan keterampilan Abad 21. Dengan kata lain, disini guru harus mampu Menyusun strategi atau desain Pembelajaran Abad 21 atau biasa dikenal dengan 21 Century Learning Design (21CLD) yang meliputi 6 keterampilan yaitu Konstruksi Pengetahuan (Knowledge Construction), Kolaborasi (Collaboration), Pemecahan masalah dunia nyata dan inovasi (Real Word Problem Solving and Innovation), Regulasi diri (Self Regulation), Penggunaan ICT untuk Pembelajaran (Use of ICT for learning), dan Komunikasi terampil (skilled communication).

Sedangkan ide nomor 8 yaitu belajar sambal bermain. Dalam pembelajaran di kelas, kita harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Ketika murid-murid sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Sebagai pendidik kita harus mampu memasukkan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan.

Saya akan berusaha menggabungkan antara ide nomor 8 yaitu belajar dan bermain dengan ide nomor 4 yaitu keterampilan abad 21. Dunia games sekarang ini sudah menjadi dunianya anak-anak. Apa boleh bermain games? Kita sebagai guru tidak bisa melarangnya. Kita harus bisa masuk ke dalam dunia mereka yaitu dengan melibatkan games di dalam Pembelajaran. Tentunya, tidak sembarang games bisa digunakan. Pilih games yang bisa membantu mereka mengkonstruksi pengetahuan, memecahkan masalah dunia nyata. Dengan demikian keterampilan abad 21 mereka akan tetap terasah. Apa ada? Tentu ada.

Saya sebagai Microsoft Innovative Educator Expert, yang merupakan guru penggerak di bidang transformasi digital Microsoft, saya memilih game Minecraft Education Edition untuk Pembelajaran saya di kelas. Kenapa? Melalui game ini anak-anak dapat berkolaborasi, anak-anak juga dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka serta dapat memecahkan masalah dunia nyata. Sebagai Contoh, dikelas XII ada materi aplikasi turunan trigonometri. Disini, saya meminta anak-anak untuk membangun sebuah roller coaster yang lintasannya menyerupai grafik fungsi trigonometri menggunakan game Minecraft Education Edition. Didalam membangun roller coaster, mereka belajar untuk menganalisis naik turunnya fungsi, kecekungan serta dimana roller coaster tersebut mencapai titik maksimum maupun minimum. Mereka berhasil menyelesaikan project ini jika roller coaster yang telah mereka buat bisa berjalan mulus tanpa terjatuh. Demikian refleksi dari saya. Terima kasih.

 

Rabu, 29 April 2009

Asyiknya Belajar Trigonometri











Calculus, linear algebra, and statistics, in particular, use trigonometry and have many applications in the all the sciences.

Although trigonometry was first applied to spheres, it has had greater application to planes. Surveyors have used trigonometry for centuries. Engineers, both military engineers and otherwise, have used trigonometry nearly as long.













Trigonometric tables were created over two thousand years ago for computations in astronomy